PENATALAKSANAAN
FISIOTERAPI PADA KASUS HNP DENGAN MODALITAS SHORTWAVE DIATERMY,TRAKSI LUMBAL
DAN MC. KENZIE EXERCISE DI RSUD. Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Dwi
Susilo Ady nugroho, Andung Maheswara ( Prodi Fisioterapi FIK- UNIKAL )
Pada pasien dengan HNP (Hernia
Nucleus Pulposus) biasanya akan timbul nyeri punggung bawah itu
memancar ke daerah kaki bagian bawah
bahkan hingga ujung jari kaki dan juga ditandai dengan
Nyeri hebat saat pasien tegang atau
bersin. Mengingat rasa sakitnya, maka akan terjadi Kejang otot di sekitar
tulang belakang dan gerakan terbatas di tulang belakang lumbar (fleksi, perpanjangan,).
Permasalahan yang timbul dari ini, akan mempengaruhi aktivitas kehidupan
sehari-hari tidak bisa berjalan sesuai bidang mereka dan tidak bisa menikmati
waktu luang karena sakit istirahat. Efektif dan Penanganan yang efisien
dilakukan dengan metode inspeksi nyri dengan VDS (Visual Deskriptif Skala),
kekuatan otot memeriksa pemeriksaan sendi MMT (Manual Muscle Testing) dengan keterbatasan
gerak LGS (garis tengah) Pemeriksaan aktivitas fungsional Owestry skala. Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam mengurangi nyeri otot spasm dan, meningkatkan
otot
kekuatan, meningkatkan jangkauan
gerak, dan memperbaiki aktivitas fungsional pasien sehari-hari hidup - hari ini
Sebagian besar pasien akan memperbaiki HNP dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif. Kecil Proporsi akan berkembang menjadi kronis meski terapeutik,
pada pasien yang dioperasi 90% akan Perbaikan, terutama nyeri kaki, namun
kemungkinan kekambuhannya adalah 50% dan bisa terjadi pada tingkat yang sama
atau cakram yang berbeda. Kata Kunci: HNP, Intervensi SWD, Traksi Lumbal, dan
Mc. Kenzie berolahraga.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya keluhan nyeri dapat terjadi pada
bangunan neuro muskuloskeletal yang mana dari tubuh manusia, diantaranya nyeri
punggung bawah, dalam dunia medis disebut Low Back Pain, yang terjadi oleh
karena Hernia Nucleus Pulposus disebut juga HNP. Dimana orang awam menyebutnya
dengan sebutan sakit boyok, encok dan sebagainya. Berbagai macam bentuk keluhan
di daerah ini dapat timbul karena kurang berhati-hati dan sikap yang kurang memperhatikan segi keamanan dalam
beraktivitas (Azrul Azuar, 2000)..
Dari karekteristik keluhan nyeri ini,
memungkinkan nyeri punggung merupakan sindroma yang sangat kompleks. Perlu
adanya pendekatan yang tidak cukup dilayani oleh satu pilihan ilmu terapi harus
ada kerjasama dari berbagai disiplin ilmu tenaga kesehatan, antara lain dokter,
perawat, ahli gizi, psikologi dan fisioterapi (Azrul Azuar, 2000).
Nyeri
punggung bawah (LBP) sebenarnya bukanlah suatu diagnosis, namun sering dipakai
sebagai kajian nyeri pada regio punggung bawah dan seakanakan menutupi
diagnosis yang sebenarnya. Dengan perubahan kebiasaan dalam kehidupan sosial
banyak pasien dengan keluhan Low Back Pain, sering tidak mengerti harus
bagaimana untuk menempatkan postur yang benar untuk mengurangi nyeri yang
timbul, sehingga banyak usaha yang ditempuh tetapi hasilnya nihil.
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah studi kasus. 2. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara
melakukan interview dan observasional pada seseorang pasien dengan kondisi
kasus HNP. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut :
Keterangan : X : Keadaan pasien sebelum diberikan program
fisioterapi.
Y : Keadaan psien setelah diberikan
program fisioterapi. Z : Program
Fisioterapi. Permasalahan yang timbul sebelum pasien menjalani program
fisioterapi adalah pasien merasakan nyeri gerak ,nyeri tekan,nyeri diam,
penurunan kekuatan otot, keterbatasan gerak, dan gangguan aktifitas fungsional,
kemudian pasien menjalani pemeriksaan fisioterapi berupa nyeri dengan VDS,
kekutan otot dengan MMT, lingkup gerak sendi dengan midline. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapat permasalahan kapasitas fisisk dan kemampuan fungsional oleh
fisioterapi diberikan modalitas terapi latihan. Dengan pemberian terapi latihan
diharapkan adnya peningkatan pada kapasitas fisik dan kemapuan fungsional.
Instrumen Penelitian 1. Nyeri diukur dengan VDS VDS (Visual Descriptive Scale).
Prosedur pengukuran tingkat nyeri dengan VDS adalah sebagai berikut : 1) Tidak
nyeri, 2) Nyeri sangat ringan, 3) Nyeri ringan, 4) Nyeri tidak begitu berat, 5)
Nyeri cukup berat, 6) Nyeri berat, 7) Nyeri taktertahankan.
2. Kekutan otot diukur dengan MMT
Pemeriksaan kekutan otot menggunakan
MMT ( Manual Muscle
Testing ) yang memiliki nilai 0 ( zero/ tidak da kontraksi dan gerakan ), 1 (
Trace/ hanya ada kontraksi otot ), 2 (Poor/ ada gerakan tetapi tidak melawan
gravitasi ), 3 (Fair/ ada gerakan dan melawan gravitasi ), 4 (Good / ada gerakan dan melawan gravitasi
dengan tahanan minimal dari terapis ), 5 ( Normal/ ada gerakan malawan
gravitasi dan melwan tahanan dari terapis ) 3. Lingkup Gerak Sendi (LGS) Yaitu
suatu cara yang dilakukan oleh terapis untuk mengetahui besarnya lingkup gerak
sendi yang dilakukan pada suayu sendi. Disini penulis menggunakan pengukuran
LGS dengan Midline. 4. Aktifitas Fungsional dengan Skala Owestry Oswestry low
back pain questionaire didesain untuk membantu fisioterapis mendapatkan
informasi tentang bagaimana nyeri punggung bawah yang diderita pasien dapat
berdampak pada kemampuan fungsional pasien sehari-hari.
Prosedur Pengambilan Data
1. Data Primer
·
Pemeriksaan
fisik Bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
·
Pemeriksaan
ini terdiri dari: Vital sign, Inspeksi, Palpasi, Pemeriksaan Gerak Dasar, dan
Kemampuan Aktifitas Fungsional serta Lingkungan Aktifitas.
·
Interview Metode ini digunakan untuk mengumpulkan
data dengan jalan Tanya jawab antara terapis dengan sumber data pasien.
·
Observasi
Dilakukan untuk mengamati perkembangan pasien sebelum terapi, selama terapi dan
sesudah terapi.
2. Data Sekunder
·
Studi Dokumentasi
·
Data Pustaka
Didapat dari buku untuk data refrensi dan kumpulan berbagai jurnal yang
berkaitan dengan kasus yang diambil.
Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi Fungsional
Untuk menegakkan diagnosis yang
tepat, mengetahui prognosa suatu penyakit dan pemberian pengobatan yang sesuai
dibutuhkan pengetahuan tentang anatomi fisiologi yang berhubungan dengan
kondisi penyakit tersebut. HNP lumbal 4-5,
Maka penulis akan kemukakan anatomi
yang mencakup hal-hal:
1) Susunan tulang belakang
2) Struktur otot
3) Struktur persendian
4) Sistem peredaran darah
5) Sistem persyarafan
2. Biomekanik
Gerakan dari vetikal lumbalis boleh
dikatakan relatif bebas dibandingkan dengan vertebra lainnya. Hal ini oleh
karena bentuk diskusnya besar dari arah foccetnya berlainan. Gerakan fleksi
dari lumbal berakhir pada lumbal 4-5 dan
diperkirakan 75% dari fleksi kedepan seluruhnya terjadi pada L4-S1 yang disebut
lumbo sakral dan luas gerakannya merupakan terbesar dari seluruh gerakan fleksi
dari vertebra spinalis (Soekarno, 1999).Untuk mengetahui arthokinematika pada
sendi-sendi daerah lumbal sangat rumit mengingat osteokinematika antara segmen
satu dengan segmen yang lainnya saling berhubungan.
Gerakan yang terjadi pada lumbal :
a. Fleksi Gerakan ini terjadi pada
posisi tegak kemudian membungkukkan badan ke depan. Gerakan ini terjadi ke arah
ventro-kaudal pada bidang segital dan pada axis frontal horizontal (x) pada
gerakan ini korpus vertebra miring dan sliding secara pelan ke anterior
sehingga diskus anterior berkurang ketebalannya dan bertambah ke posterior.
Nukleus polposus bergerak ke posterior mengukur serabut posterior dari annular
fibrosis. Processus artikularis inferior dari vertebrae superior slide dan
bergerak dari processue artikularis superior slide dan bergerak dari prosesus artikularis superior vertebra
inferior.Sebagai penggerak utama flexor batang tubuh adalah otot rektus
abdominis, otot obligus eksternus. Obligus internus, otot quadratus lumborum
secara bilateral dan otot interkostalis gerakan ini dihambat oleh otot-otot
ekstensor spina dan ketegangan ligamentum longitudinal posterior dan ligamentum
supraspinale. Luas gerak batang tubuh adalah 65o85o atau 50 cm – 60 cm dengan
midline (International Standart Orthopedic Measurment).
b. Ekstensi
Gerakan ini pada posisi tegak,
kemudian membungkukkan badan ke belakang
gerakan terjadi pada bidang sagital dengan aksis frontal. Besar atau luas gerak
batang tubuh orang normal 25o-40º atau 40-50 cm dengan mid line (International
Standart Orthopedic Measurment) penggerak utama ekstensi adalah otot
interspinale (otot iliokostalistorakalis, otot longsimus torakalis, otot
spinalis torakalis, otot ilikostalis, otot notatoris, otot multifiduc) yang
bekerja secara simetris. Dari gerakan ini terdapat hambatan dari ketegangan
ligamentum spinosus anterior. Otot fleksor spinalis dan adanya kontak antara
processus anterior vertebra satu dengan yang lain.Pada gerakan ini, corpus
vertebra superior miring dan letak ke posterior. Diskus anterior bertambah
ketebalannya dan berkembangnya di bagian posterior. Nucleus posterior, nucleus
pulposus bergerak ke anterior mengulur serabut anterior dari annulus fibrosis.
c.
Lateral
fleksi
Gerakan ini dimulai dari sikap
berdiri tegak, kemudian menekukkan badan ke samping kanan maupun kiri. Gerakan
ini terjadi pada bidang frontal dan axis
sagital. Besarnya sudut normal gerakan ini sekitar 25º (International Standart
Orthopedic Measurment). Penggerak utama dari gerakan ini adalah otot obligus
eksternus dan internus abdominis, otot quadratus lumborum. Otot rectus
abdominis dan otot psoas. Otot-otot tersebut bekerja lateral pada samping yang
sama, kecuali otot obligus eksternus abdominis. Dan gerakan ini dibatasi oleh
ketegangan otot lateral fleksor yang berlawanan dan ligamentum plavum. Pada
gerakan ini, corpus vertebra superior miring ipsi lateral. Diskus menjadi lebih
lebar pada permukaan kontra lateral. Sedangkan bila dilihat dari posterior,
procarus kontrallateral vertebra superior trunk dan processus spisilateral
trunk.
d. Rotasi
Gerakan rotasi dikerjakan pada
posisi duduk maupun tidur terlentang, gerakan ini terjadi pada bidang
horisontal dengan axis vertikal melalui processus spinosus, sudut gerakan ini
sekitar 45o. Penggerak utamanya adalah rotasi ipsilateral, bila otot
berkontraksi dapat memutar columna vertebralis sepihaknya, digerakkan oleh otot
obligus internus abdominis, otot illiocostalis lumborum dan otot
spinatiansversarium. Rotasi kontral lateral bila otot berkontraksi terjadi
kontraksi sepihak berlawanan, digerakkan oleh otot-otot obligus eksternus
abdominis, multifidus, rotator longus, rotator brevis. Dan otot tranversospinal
selama gerakan ini diskus intervertebralis tidak ikut bergerak .Dengan menggunakan
alat penunjuk yang ditentukan di dalam nukleus pulposus manusia, tekanan intra
diskus dapat diselidiki pada bagian sikap tubuh dan keadaan. Sebagai standart dipakai tekanan
intradiskus ketika berdiri tegak,
pada daftar dibawah ini terdapat peningkatan tekanan intra diskus pada berbagai
sikap dan tekanan.
3. Patologi
Patologi
adalah ilmu yang mempelajari mengenai penyakit atau gangguan hidup (Abrahams,
1992). HNP adalah keluarnya material nukleus dari pembungkus annulus fibrosis
kapsul (Calliet, 1981). Penyebab HNP paling besar adalah trauma (50%) baik
langsung maupun tidak langsung pada diskus invertebralis yang akan menyebabkan
kontraksi hebat dari nukleus pulposus, perobekan serat-serat fibrolastis
annulus fibrosis sehingga annulus menjadi pecah-pecah bahkan robek, nukelus
pulposus yang tertekan akan mencari jalan keluar melalui sobekan annulus
fibrosis mendorong ligamentum longitudinal dan terjadilan herniasi. Setelah
annulus fibrosis robek, nukelus pulposus akan mengalami difusi melalui robekan
tersebut. Difusi tersebut menyebabkan penyempitan jarak antara kedua korpus
vertebra. Saat terjadi penjebolan ini akan dirasakan nyeri tajam dan hebat
segera atau beberapa saat didaerah punggung.
Nyeri
yang terjadi pada HNP L4-5 dapat disebabkan oleh:
1) adanya iritasi pada selaput yang
menyertai radiks atau saraf yang masuk ke dalam foramen intervertebralis
2) adanya iritasi dari penonjolan
nukleus pulposus ke ligamentum longitudinal posterior karena mendapat innervasi
dari syaraf siniferbrais
3) spasme otot-otot erector spine yang
innervasi olah ramus primasius posterior nevus spinalis sifat nyeri dapat lokal
maupun radikuler (Salfer, 1970).
Tingkat atau gradual HNP dapat
dikatakan menjadi :
a. protuted intervertebralis discus
yaitu penonjolan nukleus pulposus ke satu arah tanpa disertai ruptur dari
annulus fibrosus
b. protuted intervertebral discus yaitu
nukleus pulposus berpindah tempat tetapi belum keluar dari lingkaran annulus fibrosus
c.
Extruded
intervertebral discus yaitu nukleus pulposus proses yaitu proses jelas keluar
menembus ligamen longitudinal posterior (Mugel, 1997).
Arah prolaps atau penonjolan hernia
nukleus pulposus lumbal biasanya ke arah postero sentral atau posterior dan
postero lateral. Tetapi lebih banyak yang mengarah ke posterolateral.
a. Prolaps ke posterolateral
a. Pada vertebra lumbal 4-5 prolaps ke
postero lateral ini sering terjadi karena di daerah postero lateral ini,
annulus fibrosis paling lemah dan
ligamen longitudinal posterior lebih sempit dibandingkan diatasnya, sehingga
dengan adanya hernia disini dapat menyentuh secara langsung pada akar syaraf
yang akan memberikan gejala pada nerveroot (nerve spinalis) yaitu terjadi
penekanan segmental dan akan menyebabkan nyeri radikuler terhadap akar syaraf
lumbal 5. Kelainan motoris terjadi flaccid LMN (Lower Motor Neuron) pada otot
yang mendapat innervasi dari serabut saraf yang keluar dari tapis lesi.
b. Prolaps ke posterior
Arah ini dapat terjadi pada lumbal
4-5 yang dapat digolongkan menjadi :
·
Penekanan
ringan ke belakang dan terjadi pelan akan menimbulkan gejala dura saja
·
Penekanan
hebat ke arah belakang dan terjadi mendadak akan menimbulkan gejala dura dan
nyeri radikuler
·
Penonjolan
secara masih kearah belakang yang merobekkan ligamen longitudinal posterior dan
terjadi penekanan pada candaequine.
Prolaps ke posterior ini pada
keadaan lanjut dapat diikuti gangguan motoris upper motor neuron.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Nyeri
Nyeri
adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak enak yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau yang digambarkan sebagai suatu kerusakan jaringan. Nyeri diungkapkan
oleh seseorang secsra subyektif dengan keluhan “sakit” yang dapat diukur dengan
instrument VDS (Visual Descriptive Scale). Visual Descriptive Scale (VDS)
adalah suatu cara pengukuran nyeri. Dikataka bahwa VDS merupakan sistem
pengukuran nyeri yang valid dan lebih sensitive dibanding metode-metode lain.
Visual Descriptive Scale. Cara pengukuran derajat nyeri dengan menunjjukkan
satu titik pada garis skala nyeri (1-7). Awal garis menunjjukkan tidak adanya
nyeri, sedang ujung garis menunjjukkan nyeri yang tidak tertahankan (Ellis,
1991).
Tabel 1 Evaluasi Nyeri (VDS)
06/04/20 09/04/20
23/04/20
13 (T1) 13 (T2) 13 (T6)
Nyeri Diam 2 1 1
Nyeri Tekan 6 5 2
Nyeri Gerak 6 6 3
2. Kekuatan otot
Pemeriksaan
kekuatan otot digunakan sebagai ukuran untuk Menentukan / mengetahui kemampuan
seseorang dalam mengkontraksikan otot /group otot secara voluntary (DP3FT).
Pemeriksaan kekuatan otot ini dengan menggunakan sistem manual dan penilaian
menggunakan blanko MMT yaitu dengan cara terapis memberikan tahanan kepada
pasien dan pasien disuruh melawan tahanan terapis 35 dan disaat itu terapis
menilai sesuai dengan kriteria nilai kekuatan otot (Sujatno, et al, 1998).
Tabel 2
Kekuatan Otot (MMT)
(T1) (T2) (T6)
Trunk 3 3 4
Flexi 3 3 4
Ekstensi 4 4 4
Lateral Flexi Dextra 4 4 4
Lateral
Flexi Sinistra 4 4 4
3. Lingkup Gerak Sendi
Pemeriksaan
dengan menggunakan goneometer/midline untuk mengetahui besarnya LGS yang ada pada suatu sendi dan
membandingkannya dengan LGS pada sendi normal. yang sama. Informasi pemeriksaan
LGS digunakan untuk menentukan tujuan dan rencana terapi yang akan digunakan
dalam menambah atau mengurangi LGS (DP3FT).
Tabel 3 LGS (Mid Line)
(T1)
(T2) (T6)
Normal Tegak
(C7- S2) 39 cm 39 cm
39 cm
Flexi 49 cm 50 cm 52
cm
Ekstensi 36 cm 36 cm 37
cm
Normal Tegak Ujung Jari 55 cm 57 cm 57 cm
Lateral Flexi Dextra 43 cm 43 cm
45 cm
Normal Tegak Ujung Jari 58 cm 57 cm 57 cm
Lateral
Flexi Sinistra 43
cm 41 cm 40 cm
4. Aktifitas Fungsional
Pemeriksaan
kemampuan aktifitas fungsional ini bertujuan untuk mengetahui berapa kemampuan
bagian yang mengalami lesi untuk aktifitas tertentu misalnya pada kondisi HNP
ini apakah pasien mampu untuk aktifitas fungsional secara mandiri. Oswestry low
back pain questionaire didesain untuk
membantu fisioterapis mendapatkan
informasi tentang bagaimana nyeri punggung bawah yang diderita pasien dapat
berdampak pada kemampuan fungsional pasien sehari-hari.
Tabel 4 Aktivitas Fungsional
No.
Sesi (T1) (T2) (T6)
1 Intensitas Nyeri 3 3 2
2 Perawatan Diri 2 1 0
3 Aktivitas Mengangkat
3 2 3
4 Berjalan 3 3 0
5 Duduk
2 2 2
6 Berdiri 3 3 1
7 Tidur
1 1 0
8 Aktivitas Seksual 2 2 2
9 Aktivitas Sosial 3 3 1
10 Rekreasi 5 5 1
Jumlah 27 25 12
KESIMPULAN
HNP yang terjadi pada Nucleus
pulposus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar dan melalui robekan
annulus fibrosus mendorong ligamen longitudinal terjadilah hernia. Hal ini akan
menyebabkan penjepitan jarak antara
corpus vertebra yang akhirnya akan mengiritasi akar saraf yang masukke foramen
intervertebralis sehingga timbul nyeri yang hebat kadang-kadang menjalar sampai
ketungkai. Pada kondisi kasus HNP akan mengakibatkan terjadinya nyeri dan spasme otot, terdapat keterbatasan
lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot, dan penurunun aktifitas
fungsional sehari-hari seperti berpakaian, toleting, sholat. Dalam hal ini
teknologi intervensi fisioterapi yang dipilih untuk mengatasi permasalahan yang
muncul pada permasalahan diatas dengan terapi latihan . berdasarkan terapi yang
telah di lakukan di dapat hasil sebagai berikut ;
· Adanya
penurunan nyeri selama 6 kali terapi Hasil pemeriksaan nyeri pada T1 nyeri diam
2, nyeri tekan 6 dan nyeri gerak 6. Setelah dilakukan terapi selama 6 kali
didapatkan hasil untuk pemeriksaan nyeri T6 nyeri diam 1, nyeri tekan 2 dan
nyeri gerak 3,
· Adanya Penambahan Lingkup Gerak Sendi pada
Trunk dengan menggunakan Mid Line dariterapi T1 sampaiterapi T6, Dari hasil
pemeriksaan keterbatasan lingkup gerak sendi pada terapi pertama (T1) Normal
dari C7 – S2 : 39 cm, Flexi 49 cm, Ekstensi 36 cm, Normal Tegak Ujung Jari 55
cm, Lateral Flexi Dextra 43 cm, Normal Tegak Ujung Jari 58 cm, Lateral Flexi
Sinistra 43 cm. Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil pemeriksaan
(T6) Normal dari C7 – S2 : 39 cm, Flexi 52 cm, Ekstensi 37 cm, Normal Tegak
Ujung Jari 57 cm, Lateral Flexi Dextra 45 cm, Normal Tegak Ujung Jari 57 cm,
Lateral Flexi Sinistra 40 cm
· Adanya Peningkatan Kekuatan Otot dengan
menggunakan pengukuran MMTdariterapi T1 sampaiterapi T6, Dari hasil pemeriksaan
kekuatan otot pada terapi pertama (T1).Trunk 3, Flexi 3, Ekstensi 4, Lateral
Flexi Dextra 4, Lateral Flexi sinistra 4. Setelah dilakukan terapi selama 6
kali maka didapatkan hasil dari pemeriksaan akhir (T6) Trunk 4, Flexi 4,
Ekstensi 4, Lateral Flexi Dextra 4, Lateral Flexi sinistra 4 ,
· Adanya
peningkatan aktifitas fungsional dengan menggunakan Skala Owestry dari terapi
pertama Dari hasil pemeriksaan aktivitas fungsional pada hari terapi pertama
(T1) didapatkan hasil sebagai berikut :Intensitas Nyeri 3, Perawatan Diri 2,
Aktivitas Mengangkat 3, Berjalan 3, Duduk 2, Berdiri 3, Tidur 1, Aktivitas
Seksual 2, Aktivitas Sosial 3, Rekreasi 5, Jumlah 27. Setelah dilakukan terapi
selama 6 kali maka didapatkan hasil
Intensitas Nyeri 2, Perawatan Diri 0, Aktivitas Mengangkat 3, Berjalan 0, Duduk
2, Berdiri 1, Tidur 0, Aktivitas Seksual 2, Aktivitas Sosial 1, Rekreasi 1,
Jumlah 12
DAFTAR PUSTAKA Akademi
Fisioterapi Surakarta. Pemeriksaan Nyeri, Dokumentasi Persiapan Praktek
Fisioterapi, Depkes RI. 1994. Calliet, Rene, Low Back Pain Syndrome; Second
Edition, F.A. Davis Company, Philadelphia, 1995. Chusid, J. G; Neurotomi
Korelatifdan Neurology Fungsional; Gajah Mada Press, Yogyakarta, 1993. Foster,
angela; Clayton’s Electrotherapy; Bailliere Tindall, London, 1981. Hal 99 –
143. Garrison .J. Susan, Dasar – Dasar Terapi Fisik dan Rehabilitasi Fisik,
Jakarta : Hipokrates; 2001. Gresh, T. Meryl, ed; Electrotherap in
Rehabilitation; Philadelphia, David Company, 1992. IG. Suyatno, et al; Sumber
Fisis, Akademi Fisioterapi Surakarta, Dep. Kes. RI, 1993. Ismiati S. W; Temu
Ilmiah Tahunan Fisioterapi (TITAFI XIII), Malang, 11 – 13 September 1997. Hal.
23 – 28. Kapandji, L. A; The Physiologi of The Joint, Vol. 3, Churchill Livingstone,
Endinburgh London ang New York, 1974. Marjono, M; priguna Sidharta; Neurology
Klinis Dasa; Edisi Keenam, PT. Dian Rakyat, Jakarta, Hal 95 103. Mardiman Sri,
et. Al; Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterap, Akademi
Fisioterapi Surakarta, Dep.Kes. RI, 1998. Netter H. Frank; Atlas of Human
Anatomy; Cibagergy Coorporation, New Jersey, 1990. Oppenfeld S, “Physical
Examination Of The Spine and Extremities”, Appleton-CenturyCrofts/Norwalk, USA;
1986. Parjoto; Terapi Listrik Untuk Nyeri; Akademi Fisioterapi Surakarta Bagian
IRM RSUD dr. Karyadi, Semarang, 1998, Hal. 95 – 103. Puddjianto Maskun;
Diagnosa Banding Pada Praktek Profesional 39 Fisioterapi, Akademi Fisioterapi
Surakarta, Tiga Sindroma Utama Nyeri Pinggang, Jakarta, 11 – 14 Juni 2001.
PutzR. Dan Pabst R. Atlas Anatomi Manusia “Sobotta” Jilid 2, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2000. Ramali, M. Ahmad dan Pamdentjak; Kamus Kedokteran,
Djambatan, Jakarta, 1997, Hal. 151 dan 325. Russe, O.A., Gerhardt, J.J., Russe,
O.J.; ISOM “International SFTR Method of Measuring and recording Joint Motion;
Washington, Hans Huber Publishers Bern Stuttgart Vienna; 1974. Salter B.
Roberth; Text Book of Disorders and of The Musculoskeletal System; Second
Edition, William and Wilkins, Baltimore, 1970, Hal 361 – 366. Sidharta Priguna,
Sakit Neuromuskuloskaletal Dalam Praktek Umum. Jakarta, PT. Dian Rakyat; 1984.
Sujatno, dkk. Sumber Fisis, Surakarta : Akademi Fisioterapi Depkes Surakarta;
1993.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar